Wakaf Salman

Beranda

Program

Kabar Wakaf

Akun

Wakaf Salman

Sejarah Puasa Ramadan

Sahabat, bulan suci Ramadan tahun ini tinggal menghitung hari. Dimana bulan ini menjadi bulan yang dinanti-nanti umat muslim di seluruh penjuru dunia. Ibadah puasa Ramadan ini juga merupakan peluang bagi kita selaku umat muslim dalam meraih beragam kebaikan dengan amalan-amalan mulia.

Selain itu, puasa Ramadan ini juga menjadi cara terbaik dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selaku umat muslim yang sudah memenuhi syarat untuk menjalakannya, ibadah puasa ini wajib hukumnya untuk dijalankan.

Namun sudah tahukah anda sejarah adanya ibadah puasa Ramadan?

Sebenarnya puasa sudah dikenal sejak zaman dahulu, salah satunya melalui orang-orang dari bangsa Yunanio, Romawi, India hingga Mesir. Tapi puasa yang dilakukan mereka bukan untuk ditujukan untuk Allah SWT, melainkan untuk kebutuhan spiritual dan kesehatan seperti ketenangan dan persiapan untuk melakukan sesuatu yang mereka yakini.

Berbeda dengan kita selaku umat islam, puasa ini menjadi salah satu ibadah yang agung dan dikhususkan untuk Allah SWT. Ibadah puasa Ramadan dalam Islam pada dasarnya adalah cara menahan diri dari segala sesuatu hal yang dapat membatalkannya, seperti makan dan minum, hasrat seksual, dan lain-lain dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Terkait diwajibkannya berpuasa di bulan Ramadan, yaitu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam berpuasa di hari Asyura. Beliau melakukannya di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah.

Seperti yang Imam Al-Bukhâri riwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu anhuma bahwa ia berkata:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَا يَصُومُهُ

Dahulu, hari Asyura adalah hari di mana kaum Quraisy berpuasa padanya pada masa jahiliyah. Adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam berpuasa pada hari Asyura. Tatkala Beliau datang ke Madinah, Beliau juga berpuasa padanya, dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa padanya. Lalu ketika turun (wajibnya puasa) Ramadhan, barangsiapa yang mau ia boleh berpuasa padanya, barangsiapa yang mau ia boleh juga untuk tidak berpuasa padanya.” [HR. Al-Bukhâri]

Kemudian Beliau bersabda:

مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

Barangsiapa yang mau, ia boleh berpuasa Asyura, atau ia juga boleh untuk meninggalkannya.” [HR. Muslim]

Akhirnya pada tahun kedua dari Hijrah, malam kedua dari Sya’ban Allâh SWT kemudian mewajibkan umat muslim untuk berpuasa seperti yang difirmankan-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 - 184:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Setelah diwajibkannya puasa Ramadan, Rasulullah SAW kemudian memberikan pilihan kepada sahabatnya untuk mengamalkan dan tidak mengamalkan puasa Asyura.

Puasa wajib di bulan Ramadan ini awalnya, umat muslim diwajibkan untuk berpuasa dari sebelum fajar hingga maghrib. Artinya, setelah waktu berbuka umat muslim masih bisa makan dan minum hingga melakukan hubungan seksuual dengan pasangan hingga waktu Imsyak tiba.

Ketentuan tersebut difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 187 yang berbunyi:

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.

Dengan mengetahui sejarah Ibadah Puasa di bulan suci Ramadan, semoga dapat menjadi refleksi bagi diri kita dalam meningkatkan niat dengan meneladani Rasulullah SAW dalam melakukan segala amalan kebaikan untuk menggapai segala berkah pahala dan menggapai segala Ridha-Nya. Mari Cari Keberkahan Ramadan bersama Wakaf Salman ITB.

  • Literasi
  • Artikel
  • Wakaf Salman
  • Wakaf Salman
  • Wakaf Salman
  • Wakaf Salman