Sahabat, ternyata ada masa dimana bangsa Arab berkeyakinan bahwa bulan ke sepuluh dalam penanggalan Hijriah atau Syawal, adalah bulan terlarang untuk melakukan pernikahan. Bagi mereka saat itu, pernikahan di waktu ini dianggap tidak baik. Namun setelah Rasulullah Saw. datang lalu menikahi Aisyah r.a., keyakinan itu terpatahkan.
Ahmad Ghalwasy dalam as-Siratun Nabawiyah wad Da'wah fi 'Ahdil Makki melaporkan, Rasulullah menikahi Siti 'Aisyah jarak tiga tahun setelah Siti Khadijah wafat.
Ditenggarai, pernikahan ini bermula dari Khaulah binti Hakim. Ia bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai kesediaannya untuk menikah kembali. Saat itu pun, ia mengajukan putri dari Abu Bakar yang masih gadis untuk dinikahi Rasulullah. Kemudian, atas izin Rasulullah, pergilah Khaulah bermaksud menemui kedua orang tua Aisyah r.a..
Kala itu, yang pertama ia temui adalah ibunda dari Aisyah yakni Ummu Ruman. Mereka merasa senang. Pada beberapa riwayat, pilihan Rasulullah Saw. untuk meminang Aisyah juga didasari oleh mimpinya. Beliau bermimpi sebanyak tiga kali. Dalam hadis riwayat Muslim dijelaskan:
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ -ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: "ﺃُﺭِﻳْﺘُﻚِ ﻓِﻲ اﻟﻤَﻨَﺎﻡِ ﺛَﻼَﺙَ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﺟَﺎءَ ﺑِﻚِ اﻟﻤَﻠَﻚُ ﻓِﻲ ﺳَﺮَﻗَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺣَﺮِﻳْﺮٍ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ: ﻫَﺬِﻩِ اﻣْﺮَﺃَﺗُﻚَ ﻓَﺄَﻛْﺸِﻒُ، ﻋَﻦْ ﻭَﺟْﻬِﻚِ ﻓَﺈِﺫَا ﺃَﻧْﺖِ ﻓِﻴْﻪِ. ﻓَﺄَﻗُﻮْﻝُ: ﺇِﻥْ ﻳَﻚُ ﻫَﺬَا ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ اﻟﻠﻪِ ﻳُﻤْﻀِﻪِ
Artinya: "Dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 'Aku bermimpi tentangmu selama tiga malam. Malaikat membawamu dalam sebuah tempat yang terbuat dari sutera. Malaikat itu kemudian berkata, 'Ini adalah istrimu.' 'Aku buka wajahmu ternyata engkau di dalamnya.' Aisyah berkata, 'Jika ini datang dari Allah, maka akan berlanjut.'" (HR Muslim)
Terwujudlah pernikahan tersebut..
Akad pernikahan dilakukan di Makkah saat usia 'Aisyah masih enam tahun. Nabi baru menggaulinya ketika 'Aisyah sudah berusia sembilan tahun. (Ahmad Ahmad Ghalwasy, as-Siratun Nabawiyah wad Da'wah fi 'Ahdil Makki, t.t: 374)
Inilah Sahabat, mengapa akhirnya setiap bulan Syawal identik dengan berbagai ikhtiar orang-orang di sekeliling kita menuju halal atau pernikahan. Selain hikmah terpatahkannya keyakinan bahwa bulan Syawal tidak baik untuk menikah itu, ada hikmah lainnya yang bisa kita tangkap. Yakni persoalan motivasi dan kesiapan untuk menikah.
Rasulullah Saw. memilih Aisyah r.a. bukan karena nafsu tetapi petunjuk dan kemaslahatan. Karena itulah, menjadi contoh bagi kita agar bersikap tepat sebelum memulai ibadah pernikahan, ibadah sepanjang hidup. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah,” (QS Az-Zariyat: 49).