Di suatu tempat, sekitar wilayah Kabupaten Bandung Barat, ada satu desa yang terletak cukup jauh dari perkotaan. Mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, kuli bangunan, hingga pekerja lepas. Desa tersebut bernama Desa Mandalamukti, Kecamatan Cikalong Wetan.
Bukan tanpa alasan tim Wakaf Salman mengunjungi desa ini. Tentunya, ada beberapa daya tarik yang mengukuhkan Wakaf Salman dalam menginisiasi sebuah program kebaikan bersama para mitra terkait, yaitu Komunitas Aghnia, dan Yayasan Alam Nusantara.
Baca Juga: Lebih dari 1.000 Al Quran Telah Tersebar ke Penjuru Negeri
Saat hendak turun dari mobil, kami bertemu dengan seorang warga bernama Bu Ening, yang usianya kini telah menginjak 55 tahun. Beliau adalah warga asli Desa Mandalamukti dan telah memiliki 6 orang anak. Sehari-harinya, Bu Ening diamanahi untuk beres-beres tanah dan bangunan milik Yayasan Alam Nusantara.

“Karena pemilik yayasan jarang kesini, maka saya diberi kepercayaan untuk mengurus bangunan dan tanah ini” ujar Bu Ening.
Sebagai informasi, terdapat tanah milik keluarga dengan luas 3.000 m2 yang ternyata, dikelola oleh Yayasan Alam Nusantara dan Aghnia Project untuk dibangun masjid. Namun, sebelum masjid tersebut dibangun, ternyata sudah ada satu bangunan terlebih dahulu yang hingga saat ini digunakan untuk kegiatan mengaji anak-anak serta ibu-ibu.
“Di tanah ini sudah ada bangunan yang dipergunakan untuk mengaji bagi anak-anak. Namun seiring berjalannya waktu, anak-anak banyak yang pindah karena guru di sini jarang hadir” keluhnya.
Semangat anak-anak dalam menyalurkan minatnya mengaji ternyata tidak terbendung. Hal itu dikarenakan ketidakpastian program belajar mengajar yang disuguhkan di bangunan tersebut. Ditambah lagi, belum adanya guru tetap yang dapat mengajar secara full time.
“Kalau ada masjid, saya yakin akan ada guru yang tetap (mengajar). Kalau sekarang, bapak-bapak hendak sholat jumat pun jaraknya sangat jauh” tambah Bu Ening.
Setelah kami survey, ternyata jarak masjid terdekat ke pemukiman warga sejauh lebih dari 1 km. Terdengar dekat bagi kita yang pergi ke warung saja menggunakan motor. Namun bagi warga, jarak tersebut terbilang cukup jauh, ditempuh dengan jalan kaki, dengan medan yang curam.
“Suami saya, seorang petani, kalau sholat harus jalan jauh. Beres dari kebun dan sawah, pengen istirahat pun susah. Kalau ada masjid, mungkin bisa sholat dan istirahat siang di masjid” katanya.
Fenomena tersebut dikonfirmasi langsung oleh Deni, seorang pemuda setempat yang bermata pencaharian sebagai pekerja kuli. Deni menyatakan, banyak laki-laki di sini yang ingin memiliki kegiatan positif di luar pekerjaannya sehari-hari.
Baca Juga: Wakaf Salman Mudahkan Warga NTT Mengakses Air Bersih
“Andaikan di sini ada masjid, pasti membantu kami para warga. Habisnya, masjid terdekat itu jauh. Di sini kami juga akan memakmurkan masjid dengan kegiatan positif. Menghidupkan suasana desa lah ibaratnya” ujar Deni.


Informasi yang didapat dari warga dan tim Aghnia Project, pemuda di Desa ini sempat terjerumus ke berbagai kegiatan negatif seperti judi online, geng motor, bahkan narkoba.
Itulah yang membuat Aghnia Project mengajak Wakaf Salman untuk turut membantu pembangunan masjid di Desa Mandalamukti, salah satunya agar menimbulkan kegiatan positif di antara para ikhwan khususnya pemuda.
Dari Ibu Ening dan Deni, kita belajar bahwa ternyata semangat beribadah warga di pelosok Nusantara sangatlah tinggi. Juga bahwa peran masjid sebagai tonggak awal terciptanya peradaban Islam yang lebih baik, adalah sebuah keniscayaan yang ditunggu-tunggu oleh warga.
Yuk, bantu Wakaf Salman dalam membangun masjid di berbagai pelosok Nusantara!
