Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Balung, Kabupaten Jember ini memiliki sebuah keistimewaan di dalamnya. Jika dilihat memang tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya, namun ternyata Desa Tutul menyimpan sesuatu yang khas jika dikupas secara mendalam. Jejak sejarah mengatakan kalau desa ini sejak tahun 1970-an sudah gemar membuat sesuatu yang bisa digunakan oleh orang banyak. Berawal dari tumpukan-tumpukan kayu yang dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dibuat menjadi barang yang berguna.
Kegemaran warga setempat untuk membuat sesuatu yang memiliki daya jual sudah menjadi "tradisi" antar generasi, karena hingga saat ini pun Desa Tutul masih menjadi salah satu "Desa Produktif" di Indonesia. Dimulai dari gelang, tasbih, kalung, dan barang-barang lainnya, dibuat untuk menjadi mata pencaharian mereka mencari nafkah. Tidak heran jika anda berkunjung ke desa tersebut banyak ditemukan aksesoris atau hiasan yang dijual oleh warga setempat.
Gelar "Desa Produktif" pun diraih bukan karena omong kosong belaka. Namun, karena produk yang dihasilkan sudah merambat ke pasar luar negeri, seperti Amerika, Eropa, Arab Saudi, Australia dan beberapa negara di Asia. Sehingga gelar itu pun terasa pantas diberikan kepada Desa Tutul yang produktif. Walaupun kegiatan produksi sempat terhalang oleh pandemi, tetapi tidak menyurutkan semangat para pengrajin untuk terus memproduksi barang yang akan dijual.
Pandemi memang menjadi hal yang menakutkan untuk saat ini apalagi untuk pemilik usaha kecil seperti di Desa Tutul. Melalui program 1.000 Desa ,Wakaf Salman siap menyalurkan bantuan untuk pengembangan desa-desa lainnya. Dengan berdonasi juga, artinya anda mendukung Gerakan 1.000 Desa yang produktif bagi Indonesia.
