Masih ingat pelajaran membaca di sekolah dasar? Nama si Budi terngiang-ngiang di kepala kita. Bapak dan ibu guru sering mencontohkan kalimat-kalimat seperti di bawah ini.
Bapak Budi sedang bekerja.
Ibu Budi sedang memasak.
Biasanya, si Budi pasti sedang belajar ketika Bapak dan Ibunya sibuk. Tetapi, si Budi alias anak budiman bukan hanya sedang belajar. Si Budi sekarang sedang bercocok tanam.
Coba kita ingat gerakan donasi wortel SMP Negeri 2 Batur untuk membantu mengatasi kekurangan pakan satwa di kebun binatang terdampak pandemi. Mereka menggunakan lahan di sekitar lingkungan sekolah untuk memulai bertani. Meskipun pertaniannya kecil-kecilan, tetapi mereka bisa memberi manfaat bagi sesama makhluk hidup.
Ini menunjukkan potensi lahan sisa di sekitar sekolah menjadi peluang yang penting. Baik untuk pembelajaran siswa maupun masyarakat. Demikian pula Wakaf Salman mencita-citakan setiap sekolah dengan lahan yang ada bisa melakukan urban farming.
Selain karena memberikan pelajaran empati sesama makhluk hidup, dari urban farming si Budi jadi belajar bagaimana bergerak nyata dengan peluang apapun yang ada di sekitar. Niat menolong sesama akan tertanam seiring waktu berjalan. Dengan begitu, kita tengah berupaya memenuhi perintah Allah SWT untuk menolong sesama.
Bukan hanya sekolah di desa yang bisa melakukan itu, urban farming membuka potensi pertanian di sekolah-sekolah kota juga. Bayangkan sejuta manfaat yang bermunculan apabila setelah lulus, si Budi bisa menjalankan ilmu bertani di keseharian hidup. Apalagi, kalau si Budi nantinya menjadi agen yang mengedukasi masyarakat.
Hal yang bisa kita lakukan yaitu menemukan cara agar si Budi dan kawan-kawan terfasilitasi. Jawabannya adalah dengan kekuatan donasi 1000 Sekolah. Ketulusan dan harapan pada donasi yang kita berikan untuk si Budi akan membantu ribuan sekolah lebih optimal. Sebagai media pendidikan calon anak-anak budiman yang insyaAllah bermanfaat bagi bangsa dan agama.
